Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukancontent melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
A.Model – model Hubungan Interpersonal
Terdapat 4 model hubungan intrapersonal, yaitu :
1. Model Pertukaran Sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil atau laba (ganjaran dikurangi biaya).
2. Model Peranan (role model)
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki keterampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua system terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan.
4. Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a)Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b)Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c)Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
B.Memulai Hubu
tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Tahap pembentukan
Tahap ini juga dikenal dengan tahap perkenalan. Tahap awal yang dilakukan adalah mencari tahu identitas orang yang dituju kemudian jika menemui kecocokan tahap selanjutnya adalah mencari tahu data demografis orang yang dituju.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a) informasi demografis;
b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek);
c) rencana yang akan datang;
d) kepribadian;
e) perilaku pada masa lalu;
f) orang lain; serta
g) hobi dan minat.
2. Tahap Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal selalu berubah-ubah, oleh karena itu untuk memelihara hubungan tersebut dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbanan, beberapa faktor yakni :
a) Keakraban : Pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang
b) Kontrol : Kesepakatan pengontrolan
c) Respon yang Tepat : Ketepatan respon dalam pesan verbal maupun nonverbal
d) Nada Emosional yang Tepat : Keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung
3. Tahap Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi : salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi : dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang merasakan hak-haknya dilanggar.
c. Kegagalan : dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi :dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai : dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
C.Hubungan Peran
1. Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus
memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat.
Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan
peranannya.
2. Konflik
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara duaorang yang berbeda
status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu
dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan
melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan
mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Adequacy Peran dan Autentisitas Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan
dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau
harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
4. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi
spesifik atau terjalin hubungan intim. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan,
persahabatan, dan percintaan.
D.Intimasi dan Hubungan Pribadi
-Intimasi ( kelekatan atau keakraban ) atau sering disebut juga sebagai proximity,
propinquity. Orang yang mempunyai kesempatan paling sering kita jumpai adalah orang yang
sangat mungkin menjadi sahabat kita atau kita cintai ( Berscheid & Reis, 1998 ).
Festinger dkk (1950) menunjukkan bahwa ketertarikan dan kedekatan hubungan tidak hanya
tergantung pada fisik yang nyata, melainkan juga karena jarak fungsional. Jarak fungsional
menunjuk pada aspek desain arsitektur yang memungkinkan beberapa orang bertemu lebih
sering, Efek keakraban terjadi karena familiaritas.
Hubungan Pribadi
Ada dua hal yang mengawali suatu hubungan pribadi, yaitu kondisi suka dan cinta. Hal ini
berbeda menurut beberapa ahli psikologi seperti Rubin, menurutnya :
- Kesukaan lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Hal ini dikaitkan dengan kesepakatan
tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk menjadi sama dengan teman
tersebut.
- Kecintaan bersandar pada keintiman, kelekatan dan peduli terhadap kesejahteraan pihak
lain. Berawal dari hal – hal tersebut, terbentuklah suatu hubungan seperti relasi sosial dan
pasangan hidup. Baik relasi jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy
love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya
salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet,
E.Intimasi dan Pertumbuhan
Hal yang mempengaruhi keintiman itu tumbuh adalah cinta. Dan keintiman tidak akan
tumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman adalah proses menyatakan siapakah kita sebenarnya
kepada rang lain, keintiman juga suatu kebebasan menjadi diri sendiri. Dan keinginan setiap
pasangan adalah menjadi intim. Namun banyak respon alami kita adalah menolak untuk
terbuka terhadap pasangan karena beberapa hal, yakni :
1. Tidak mengenal dan menerima siapa diri kita secara utuh
2. Tidak menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan menuju pernikahan.
3. Tidak mempercayai pasangan dalam memegang rahasia.
4. Kita dibentuk menjadi seseorang yang berkepribadian tertutup.
5. Memulai hubungan atau pacaran bukan dengan cinta yang tulus.
2. Cinta dan Perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi.
Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan,
perasaan belas kasih dan kasih sayang.
Stenberg mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi, yaitu hasrat, keintiman, dan
komitmen.
1. Hasrat, dalam dimensi hasrat menekankan pada intensnya perasaan serta perassan yang
muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis cinta ini, seseorang mengalami
ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu,
merasa sangat bahagia dan lain-lain.
2. Keintiman, dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatan
yang mengikat mereka untuk bersama.
3. Komitmen/keputusan, dimensi komitmen dimana seseorang berkeputusan untuk tetap
bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya.
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang
membentuk hubungan kekerabatan dan yang merupakan suatu pranata dalam
budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim
dan seksual.Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara
pernikahan. Umumnya perkawinan dijalani dengan maksud untuk membentuk
keluarga.
A.Memilih Pasangan
penelitian Bush dkk (Bus 1989; Buss dkk, 1990) dengan subjek dari 37 negara yang
menanyakan berbagai kriteria pemilihan pasangan (untuk menikah) dan seberapa penting
kriteria tsb, pada umumnya perempuan menilai kriteria ambisius, rajin, penghasilan yang
baik lebih tinggi (penting) daripada subjek laki-laki, dan subjek laki-laki menilai lebih
penting daya tarik fisik. Bagaimanapun perlu dicatat bahwa berbagai penelitian menyatakan
bahwa karakteristik paling tinggi pada laki-laki maupun perempuan adalah kejujuran, dapat
dipercaya, dan kepribadian yang baik.
b. Hubungan Dalam Perkawinan
1. Romantic Love
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini
terjadi di saat bulan madu pernikahan. slalu bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh
cinta.
2. Dissapointment or Distress
Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan
kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.Menurut Dawn
tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi
terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih
berpisah dengan pasangannya
3. Knowledge and Awareness
Pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan
diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana
kebahagiaan pernikahan itu terjadi.
4. Transformasion
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda
akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini
sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam
mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan
penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang
nyaman dan tentram.
5. Real Lo
“Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan
pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling
memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih
pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan
pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa
terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
c. Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat
mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur
dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang
pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering
tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya
relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang
harmonis. Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang
mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya mengharap pihak
pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan penyesuaian.
d. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru
banyak menemui masalah. Banyak dari orang-orang yang menikah pada akhirnya harus
bercerai. Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat kedua pasangan tak ingin
melanjutkan kehidupan pernikahannya, mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan.
Faktor penyebab perceraian antara lain adalah sebagai berikut :
- Ketidakharmonisan dalam rumah tangga
- Krisis moral dan akhlak
- Perzinahan
- Pernikahan tanpa cinta
- Adanya masalah-masalah dalam perkawinan.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi
terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu
periode tertentu akan kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang
sekarang menjadi pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama
kelamaan, semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang.
Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan
bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu,
jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah
perceraian bisa menjadi pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk
masa depan yang lebih baik.
e. Alternatif selain Menikah
Ada juga beberapa orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin
mereka beranggapan bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa
sulit karena menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita
hadapi. Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah melalui
segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan untuk sendiri
(single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri yang pernah mereka rasakan
sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup secara bersama. Pengalaman
memang berperan penting dalam kelangsungan hidup seseorang. Ia bisa mengubahnya
menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang lemah karenanya. Membuat seseorang takut
memulai, namun juga menimbulkan arti yang mendalam.